Pemuda Indonesia harus memiliki karakter yang kuat dan cerdas sehingga mampu menjadi pemimpin dan pengusaha yang sukses di masa depan. Selasa, 5 Februari 2019 10:00 WIB Editor: Dewi Agustina

Ilustrasi seorang pemuda yang sedang memimpin presesntasi sumber hari ini adalah pemimpin di masa depan. Ketika hari ini pemuda bermalas-malasan, maka nanti akan didapatkan pemimpin yang hanya peduli pada kekuasaan. Ketika hari ini pemuda gemar berbohong dan ingkar janji, maka nanti akan didapatkan pemimpin yang gemar melakukan korupsi. Namun jika hari ini para pemuda rajin belajar dan gemar melakukan kebaikan, maka nanti akan didapatkan pemimpin yang pintar dan gemar membela kebenaran. Apa yang pemuda lakukan hari ini, itulah yang akan menjadi cerminan kebiasaannya di masa yang akan datang. Tidak dapat dipungkiri kalau suatu saat nanti para pemuda hari inilah yang akan menggantikan posisi para pemimpin sekarang. Oleh karena itu, perubahan kebiasaan harus dilakukan dari sekarang. Jangan menunggu nanti, karena akan berdampak pada bukan perkara angka usia saja. Tapi siapa saja yang punya semangat juang nyata. Pemuda adalah mereka yang peduli terhadap lingkungan, yang lebih peka terhadap keadaan sekitar, dan yang bisa menyelamatkan diri dari hoax. Pemuda masa depan bangsa bukan pemuda yang hanya ikut-ikutan tren saja. Tetapi mereka yang berani berekspresi dan berkolaborasi. Jadi pemuda adalah siapapun yang punya kontribusi positif dalam perubahan bangsa. Maka dari itu Indonesia butuh butuh pemuda, karena sejarah Indonesia adalah sejarah pemuda. Setiap perisitiwa signifikan bagi bangsa ini adalah bentukan pemuda. Seperti halnya sempah pemuda. Tak pernah lekang dari ingatan, bagaimana sumpah pemuda sebagai momentum persatuan. Kesadaran nasionalisme dari penjuru nusantara yang akhirnya memantik pergerakan nasional meraih kemerdekaan. Hal lainnya seperti peristiwa Rengasdengklok. Ketika sekumpulan pemuda nekat mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Dan juga peristiwa reformasi ’98. Ketika pemuda secara serentak bergerak dan berhasil menumbangkan sebuah era kepemimpinan dan melahirkan harapan-harapan baru. Tanpa pemuda tidak akan pernah ada sebuah negeri bernama Indonesia. Negeri ini juga didirikan oleh pemuda. Sejarah bangsa ini adalah sejarah angkatan pemuda. Dan belum lama ini, ketika reformasi di korupsi, pemuda juga yang turun ke jalan. Menyerukan penolakan rancangan undang-undang yang tidak butuh pemuda, karena hanya pemuda yang masih mau belajar. Indonesia sendiri sebenarnya tergolong muda. 74 tahun belum ada 1 abad berdiri. Bagi negara Indonesia masih banyak belajar dari bangsa-bangsa lain, maupun belajar dari sejarahnya sendiri. Karena itu negeri ini butuh di kelola dan di perjuangakan oleh orang-orang yang juga masih mau belajar. Pemuda yang masih memiliki energi dan waktu untuk gagal dan mencoba lagi berulang-ulang dalam segala sesuatu hal. Pemuda yang berani melawan arus dan tak gentar keluar dari zona beberapa tahun, bangsa kita lupa caranya berpikir dan berpendapat secara merdeka. Masa orde baru saat itu, telah membentuk satu generasi yang tertutup. Generasi yang serba diatur untuk diam dan enggan berpolitik, dan akhirnya menggantungkan nasib pada segelintir elit. Karena itu saat ini kita butuh generasi yang lahir atau tumbuh di era reformasi. Generasi yang tahu caranya menggunakan kebebasan berinisiatif, bergerak atau mengutarakan pendapat. Buktikan bahwa pemuda bukan barisan pasif dan juga bukan barisan yang menyimak secara butuh generasi pemuda yang mempunyai idelisme tinggi, semangat yang bergelora, dan kekuatan yang begitu masif. Indoneisa juga butuh Pemuda untuk menciptakan sebuah perubahan. Janganlah ditunda-tunda, karena semakin tua urusan semakin banyak ditambah tuntutan berkompromi disana-sini. Justru usia muda adalah saatnya untuk menciptakan perubahan untuk menjadi tonggak peradaban bangsa maupun ini adalah era ketika menguasai dunia adalah yang menguasai teknologi. Generasi pemuda lah yang saat ini cerdas akan teknologi. Mereka berusaha selalu menyeimbangkan antara kehidupan dunia nyata dan kehidupan dunia media sosial. Seperti yang selalu update berita di twitter, mencoba filter instagram terbaru, mencari cara memonetisasi vlog, hingga mencoba melakukan aksi sosial atau penggalangan dana melalui platform-platform online. Oleh karena itu, Indonesia butuh generasi pemuda untuk menguasai dunia melalui butuh pemuda, karena hanya generasi pemuda yang sadar bahwa beda itu biasa. Menghakimi perbedaan ras, suku, atau agama itu ciri-ciri orang yang sudah kadaluwarsa. Saat ini identitas semakin cair, semakin beragam. Dan itu artinya semakin indah. Berbagai riset menyebutkan, bahwa salah satu ciri generasi pemuda saat ini adalah komitmen untuk menghargai perbedaan. Bahkan mereka cenderung berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi beda, unik, dan tahu caranya bergaul yang bisa menghasilkan sesuatu. Pemuda sadar, ilmu didunia ini terlalu luas dan tidak mungkin untuk dikuasai semuanya seorang diri. Jawabannya adalah kolaborasi. Mereka menikmati solidaritas dan mempertemukan keahlian masing-masing. Dan generasi saat ini adalah generasi paling terkoneksi luas dari generasi sebelumnya. Bukan lagi sebatas teman sekolah atau teman komplek. Tetapi Juga kolaborasi antar pemuda dari belahan dunia selalu bergerak dan pemuda adalah rodanya. Diprediksi Indonesia akan mengalami bonus demografi pada periode 2030 hingga 2040. Itu artinya jumlah penduduk usia produktif akan lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Kita tengah menjemput era dimana pemuda hari ini adalah yang akan memimpin dan dipimpin. Pemuda sendiri yang tahu Indonesia seperti apa, yang akan ingin kita ciptakan untuk dihuni dan diperjuangkan. Lembaran-lembaran putih di sejarah menanti untuk tertulis kembali oleh peran dan gerak generasi pemuda butuh pemuda yang cerdas dalam gagasan, terbuka dengan ide, dan memiliki narasi yang cemerlang. Alangkah lebih baiknya lagi, pemuda yang tidak hanya menggebu-gebu dalam kata, yang pada akhirnya hanya mampu membuat orang lain takut untuk membuka diri. Pemuda yang bersahaja, hangat, bersahabat, tak bersekat dan tak menghalangi orang lain mendekat. Halus dalam kata namun tegas dalam Rizqi Ardian Putra, mahasiswa DKV IT Telkom Purwokerto

Jurnal Christian Humaniora, Vol. 4, No. 1, 21-25. Setiap Pemimpin Gereja Masa Kini harus memenuhi kualifikasi seperti yang dikatakan dalam 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-9, bagian terbesarnya adalah moral dan karakter. Di zaman sekarang banyak sekali godaan yang membuat para pemimpin gereja masa kini sulit hidup kudus.

Kalimat ini benar, tetapi kenapa harus menunggu masa depan? Para pemuda sudah kerap membuktikan kepemimpinannya! Menengok sejarah, sejak dulu pemuda selalu hadir sebagai penyelamat bangsa. Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah salah satu bukti nyata, pemuda dengan semangat patriotik mampu menjadi sumbu pemersatu Nusantara, dengan segala keberagamannya, untuk melawan penindasan penjajah. Masa depan Indonesia bergantung pada kualitas karakter dan kompetensi generasi mudanya. Pemuda adalah manusia tangguh yang dengan kemampuan dan akhlak mulianya, menjadi tumpuan pengganti generasi sebelumnya. Pemuda terdidik diharapkan mampu berpikir jernih sebagai penjaga nilai kebenaran dan kontrol sosial di masyarakat. Sebagai agen perubahan, pemuda berpeluang bangkit, berinisiatif tanpa beban, beraspirasi untuk perubahan bermakna bagi bangsa. Bukan hal yang absurd ketika Bung Karno berujar lantang, “Beri aku 10 Pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!”. Saking rindunya pada sang proklamator, Gus Nas, sahabat saya, menulis pertanyaan pada Bung Karno “Bung, di mana api revolusi itu kini? Bara cinta yang kau bakar. Palu semangat yang kau nyalakan untuk menggembleng sampai hancur lebur, lalu bangkit lagi. Menggembleng sampai hancur lebur, lalu bangkit lagi. Di mana semua itu kini?” Jawabannya adalah teruskan tanggung jawab sosial individu anak bangsa membara! Melalui tulisan ini, izinkan saya memperkenalkan konsep bernama PSR Personal Social Responsibility, atau Tanggung Jawab Sosial Individu Ganiem, Ambadar, Soekardjo, 2015. PSR adalah mindset, sikap dan perilaku. Kami menganggapnya sebagai kata kerja. Dengan mendorong ber-PSR, kita menyentuh syaraf sosial seluruh anak bangsa untuk berdaya dan memberdayakan masyarakat. Bayangkan dampaknya jika mesin kepekaan sosial setiap warga negara, setidaknya para pemuda, diaktifkan! Pemuda yang ber-PSR akan berupaya mencapai keunggulan, bersikap atas dasar rasa hormat, melibatkan diri, peduli, bertoleransi, bersahabat, komunikatif, menyelesaikan masalah sosial secara kreatif, memberi perhatian serius pada pandangan orang lain, serta bertindak nyata dalam kehidupan. Dengan jumlah 64,50 juta BPS, 2020 pemuda-pemudi yang ber-PSR akan mampu membuat perubahan gemilang untuk Indonesia. Sebaliknya, dengan jumlah yang cukup banyak, bahkan berpeluang makin bertambah oleh bonus demografi, jika tidak memiliki tanggung jawab sosial individu maka pemuda Indonesia akan menjadi beban dan ancaman bagi bangsa. PSR dapat diekspresikan dengan berbuat kebaikan. Keelokan budi tersebut, yang meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri, dapat dilakukan dengan memberikan uang, barang, pemikiran, tenaga, waktu, atau perasaan. Tindakan ber-PSR adalah sukarela, membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Semenjak Covid-19 yang sangat menular ada di muka bumi, cara kita bekerja, bersekolah, dan beribadah menjadi berubah. Meski virus adalah isu kesehatan, jika hanya tenaga kesehatan yang diharapkan berperan, maka kerugian bersama akan merebak dengan berlimpah. Solusinya, penyebaran virus yang massif dan menular, perlu dihadapi seluruh warga negara, terutama pemuda, dengan upaya kolektif. Tindakan efektif dari pemuda dapat menjadi solusi ampuh mengatasi pandemi ini. Semua pemuda, dengan latar belakang apapun, usia berapapun, miskin kaya, profesi apapun, sehat atau sakit, selalu dapat ber-PSR. Dalam konteks Covid-19, bagaimana PSR dijalankan? Pemuda dapat berbagi uang, kebutuhan pokok, alat pelindung diri, mendonorkan darah atau plasma. Pemuda sebagai duta perubahan dapat berbagi pemikiran dengan cara mengedukasi publik tentang prokes melalui berbagai upaya kreatif; mengatasi infodemik atau hoaks. Pemuda dapat berbagi tenaga dengan menjadi relawan Satgas Covid-19 di wilayahnya. Pemuda dapat menebarkan optimisme dengan berbagai cara kreatif pada penderita Covid-19 atau anak-anak yang kehilangan orangtua, tidak menyebarkan stigma negatif pada penderita dan keluarga. Pemuda yang positif Covid-19, meskipun OTG orang tanpa gejala, dapat menginformasikan kondisinya dan menghindari kontak dengan orang sehat. Sangat banyak upaya berkhidmat terkait PSR untuk masyarakat lebih luas. Praktik PSR tidak secara eksklusif terpisah satu sama lain, bahkan saling terpadu. PSR Pemuda sangat mungkin berhasil manakala terus ditumbuhkan dan disuburkan dengan berbagai alasan. Pertama, sejumlah riset menyimpulkan 70 persen generasi milenial melakukan kegiatan volunteer, bahkan lebih besar dari generasi di atasnya. Kedua, Indonesia yang berbudaya kolektivis dan religius, tolong-menolong itu biasa. Bahkan, gotong-royong sebagai modal sosial berharga ini adalah inti sari dari dasar negara, Pancasila. Ketiga, kebaikan itu menular, membahagiakan dan menyehatkan pelakunya. Keempat, Indonesia sudah membuktikan sendiri dan dikukuhkan dengan pengakuan internasional, yaitu melalui Charities Aid Foundation CAF World Giving Index pada tahun 2018 dan tahun 2021. Menempatkan Indonesia di posisi teratas sebagai negara paling murah hati di dunia. Lembaga lain yaitu Legatum Prosperity Index 2019 yang melakukan pemeringkatan pada 167 negara, menempatkan Indonesia di ranking ke-5 dunia dan rangking ke-1 di Asia Pasifik dalam partisipasi sipil serta sosial terkait tingkat sukarelawan untuk menolong sesama di masyarakat. PSR atau Tanggung Jawab Sosial Individu, adalah bentuk nyata Bela Negara. Kita yang memiliki semangat bertanggung jawab sosial, akan menunjukkan patriotisme untuk senantiasa mempertahankan eksistensi negara tercinta. Berbuat kebaikan adalah kebutuhan alamiah manusia, tak seorangpun boleh diabaikan potensinya untuk ber-PSR. Mari jadikan PSR sebagai gaya hidup. Apa PSR-mu? adv/udi * Motivator Nasional, Akademisi Komunikasi, Penulis Buku

Mengetahui Peran dan Tantangan Pemuda Islam di Era Generasi Milenial (unsplash/ali-arif-soydas) Pemuda sering diindetikkan dengan usia yang masih muda serta belum memiliki banyak pengalaman. Selain itu pemuda kerap dinilai memiliki pola pikir yang masih labil dan belum sempurna, serta emosi yang masih sulit terkendal.
HMINEWS- Sekian puluh tahun telah dilalui bangsa ini dalam mengusung kemerdekaannya, namun perubahan menuju masyarakat yang sejahtera seakan masih menjadi sebuah jalan panjang yang tak tahu dimana ujungnya. Bergantinya rezim pemerintahan dari masa ke masa seolah hanya menjadi sebuah rutinitas sakral dan ajang pertunjukan kekuasaan. Kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita utama perubahan hanya menjadi simbol jualan pasar menuju kekuasaan. Bangsa mana yang akan mengatakan masyarakatnya sejahtera jika tingkat kemiskinan mencapai 13,33 persen dengan jumlah penduduk miskin hingga 31 juta orang, ini adalah sebuah kegagalan yang dibiarkan atau kasarnya disengaja. Kemiskinan semakin meningkat akibat ulah para penguasa yang mana meraka adalah para pemimpin di negeri ini, mereka telah menorehkan tinta hitam dengan menjadikan Negara kita Indonesia sebagai Negara nomor satu paling korup di dunia Perubahan Komprehensif Sebagai generasi pelanjut, kami menginginkan sebuah perubahan yang mendasar, perubahan yang komprehensif dan substantif, meliputi seluruh bidang kehidupan dan sisi normatif bagi seluruh masyarakat. Bukan sekedar perubahan yang sifatnya parsial dan hanya menjadi solusi sesaat, yang pada akhirnya akan kembali melahirkan masalah-masalah baru. Seperti hutang Negara kita kepada bank dunia yang sedemikian besar hingga mencapai angka triliun, mereka mengatakan ini adalah sebuah solusi padahal hutang-hutang itu akan menjadi beban bagi kami generasi di masa depan. Dalam mewujudkan perubahan ini, memang dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, praktisi, ilmuwan, dan masyarakat sipil termasuk di dalamnya para pemuda yang sedianya bersungguh-sungguh dalam melakukan perubahan. Seorang pemuda diharapkan mampu berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Saya kira hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi para pemuda masa kini yang sering disebut sebagai calon pemimpin bangsa masa depan. Pemuda yang di maksud adalah mahasiswa yang sedianya dikenal sebagai kalangan intelektual. Mahasiswa merupakan tingkatan dimana seseorang itu telah mampu menemukan jati diri atau pematangan diri. Sehingga pada tahapan ini proses pendidikan atau wawasan yang di terima sangat menentukan bagi masa depan mereka. Kemudian selanjutnya adalah bagaimana pemuda-pemuda ini mampu tampil sebagai seorang pemimpin di masa depan. Tentu hal mendasar yang harus diupayakan adalah melatih dan menanamkan karakter kepemimpinan mulai dari sekarang. Karena jiwa kepemimpinan dikalangan pemuda saat ini masih menjadi sebuah masalah dan tuntutan yang harus terus diasah dan ditingkatkan kualitasnya selain basis keilmuan/kompetensinya. Keberadaan Universitas atau Perguruan Tinggi merupakan salah satu basis strategis untuk menggiatkan hal tersebut, begitupun dengan keberadaan organisasi kepemudaan diharapkan mampu memberikan motifasi tersendiri bagi mereka dalam menguasai dan meningkatkan keilmuan atau prestasi akademiknya. Karena pengembangan kepemimpinan pemuda merupakan kunci utama dalam melahirkan pakar atau ilmuwan yang memiliki jiwa kepemimpinan. Hal ini sangat penting dilakukan, agar nantinya pemimpin yang memegang peranan bukanlah orang-orang karbitan yang langsung jadi pemimpin dalam sehari seperti kebanyakan sekarang ini, yang tanpa melalui tahapan-tahapan pendewasaan moral, kearifan intelektual dan kapasitas kebijakan kemudian melakukan perbuatan hina dengan mencuri uang Negara, menjual aset kepada asing dan lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Oleh karenanya, seorang pemuda tidak boleh berpangku tangan tanpa ada partisipasi dalam mewujudkan agenda perubahan bangsa ini. Belajar dan bergerak merupakan indikator kebaikan hidup bagi seorang pemuda. Karena semua yang belajar dan bergerak akan mendatangkan kebaikan dan perubahan. Tuntutan bagi para pemuda untuk bergerak dikarenakan bahwa pemuda adalah sosok yang energik dan memiliki semangat intelektual. Kemudian sebagai entitas masyarakat, pemuda juga berusaha kritis terhadap kondisi masyarakatnya dan berusaha mengungkapkan realitas dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, dan menyampaikan langsung kepada para penguasa dan mampu mengambil kebijakan. Pada akhirnya pemuda menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk terus menyuarakan perubahan dalam hal kebaikan. Membaca Kitab realitas Untuk menjawab tantangan kepemimpinan masa depan, membaca realitas dimasa kini adalah kuncinya. Melihat banyaknya tokoh yang pakar saat ini tetapi keberadaannya tidak berpengaruh atau tidak memiliki kekuatan untuk melakukan sebuah aksi massif dalam mengusung idealismenya atau gagasannya. Sehingga seorang pemuda di masa kini dituntut memiliki jiwa kepemimpinan leadhership, hal ini sangat menentukan kapasitasnya sebagai figur yang memang layak di jadikan teladan atau pemimpin. Yang mana kita ketahui bahwa setiap proses perubahan sangat dipengaruhi oleh para pemimpin. Terlebih lagi dalam struktur dan budaya sosial yang paternalistik. Sehingga dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, bangsa ini harus memiliki pemimpin yang amanah, mau bekerja keras, dan mampu mengarahkan serta menggerakkan massanya untuk bersama berjuang mencapai cita-cita perjuangannya. Hal inilah yang menjadi harapan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tidak berlebihan jika saya mengatakan, seorang pemuda atau mahasiswa yang ingin belajar tentang kepemimpinan haruslah memulai dengan bergabung disebuah organisasi baik itu organisasi kemahasiswaan maupun masyarakat. Hal ini dibutuhkan sebagai upaya menguatkan pola pikir dan integritas serta mengasah jiwa kepemimpinan mulai sekarang. Dapat dikatakan berorganisasi bagi seorang calon pemimpin bangsa adalah bersifat permanen, bukan kondisional, karena organisasi merupakan mikrokosmos atau dunia kecil yang dengannya kita mampu mempelajari dan mengkaji lebih jauh menuju tatanan masyarakat yang nyata. Terlebih dalam konteks masyarakat yang telah mengglobal seperti sekarang ini dimana suara kolektif adalah lebih powerfull dibandingkan suara individu per-individu. Sehingga keberadaan seorang dalam sebuah LSM, Ormas, Orpol, Perhimpunan Profesi akan lebih memiliki nilai yang lebih manakala mereka mewacanakan sebuah kebijakan ataupun opini publik dibandingkan secara individu. Sehingga pada tahapan ini di harapkan akan lahir Sumber daya manusia yang unggul atau qualifaid, dimana mereka bukan hanya orang-orang intelektual yang berprestasi tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan karena untuk menjadi seorang pemimpin di tingkat daerah, nasional, kawasan maupun internasional setidaknya dibutuhkan orang yang memiliki kompetensi dan berjiwa kepemimpinan. Selamat Berkompetisi Pemimpin Muda Sumber daya manusia unggul atau kualifaid adalah personil yang memiliki nilai tinggi. Hanya orang-orang tersebutlah yang sanggup berkompetisi di zaman ini. Di era globalisasi, seorang pemuda diharapkan banyak belajar serta mampu membuat konsep dan strategi untuk masa depan sehingga bangsa ini dapat bersaing dengan Negara lain baik dalam hal perkembangan ekonomi, politik dan militer antar bangsa yang kita lihat sangat kompetitif, hal ini dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Masyarakat Indonesia yang sejahtera adalah cita-cita besar dari sebuah perubahan yang diinginkan bangsa ini. Hal tersebut dapat kita capai jika generasi bangsa hari ini menyadari sepenuhnya bahwa di tangannyalah perubahan itu akan terwujud. Serta keterlibatan pemerintah dalam memberikan fasilitas baik yang sifatnya pelayanan, penyadaran, pengembangan, kemitraan maupun penghargaan turut menentukan perubahan ini. Kemudian yang terakhir, dengan kapasitas yang dimiliki oleh pemuda tersebut diharapkan mampu membawa dirinya menjadi figur teladan di masyarakat, sehingga masyarakat akan percaya bahwa merekalah yang pantas dan sanggup memimpin Indonesia masa depan. Oleh Ikhsan Pallawa, * Penulis adalah Direktur Pusat Studi Kepemimpinan Indonesia Masa Depan
Karena itu, gaya kepemimpinan juga harus berubah. Seorang pemimpin harus agile (tangkas), harus siap untuk mengubah diri sendiri dan memberi contoh bagi orang lain agar ikut berubah. Kerja sama yang baik kolaboratif, tangkas, analitis, kreatif, dan inovatif mendefinisikan kepemimpinan masa sekarang. Jika di zaman dahulu yang berpikir hanyalah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Allah telah menciptakan kita sebagai khalifah di muka bummi ini pemimpin. Allah tidak akan menciptakan manuasia dengan sia -sia, pasti ada suatu tujuan yang harus dicapai dan kita di muka bumi ini harus bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama. Tapi kenyataannya, kita dapat melihat bagaimana negara kita saat ini. Hampir setiap orang mementingkan ego masing-masing tanpa melihat dampaknya bagi negara kita. Maraknya korupsi, pencurian, penggunaan narkoba, sex bebas, pelanggaran HAM, dan masih banyak lagi. Mereka seakan lupa bahwa tujuan hidup mereka adalah sebagai penerus bangsa yang memiliki tanggung jawab besar terhadap bangsa. Kita sebagai generasi muda tidak boleh tinggal diam melihat kondisi negara kita seperti umum definisi daripada pemuda itu setidaknya memiliki dua definisi yang menyangkut batasan usia pemuda, sifat ataupun karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas yang pertama yaitu pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa yang akan datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Internasional youth year yang diselenggarakan tahun 1985 mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Sedangkan definisi yang kedua yaitu pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan menurut draft RUU kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Jadi, pemuda adalah pemimpi yang akan membangun bangsa di masa yang akan datang. Merujuk pengertian pemimpin menurut Pancasila, bahwa setiap orang yang mempunya mental pemimpin adalah mereka yang mampu untuk mendorong, menuntun dan membimbing sesamanya dan lembaga yang ia pimpin. Untuk itu ketika setiap orang yang mempunyai potensi untuk memimpin namun tidak mengembangkan potensi itu maka pemimpin yang terlahir akan semakin sedikit jumlahnya dan akan berakibat pada nasib bangsa dan negara kedepannya. Dunia akan senantias berubah, pemimpin baru akan menggantikan pemimpin lama, itu akan terus berulang. Kenyataannya sekarang pemimpin-pemimpin yang lahir hanya sedikit yang mampu untuk membawa perubahan, banyak diantara mereka pemimpin yang tidak sanggup membawa kebaikan kepada lembaga yang dipimpinnnya, sebagai contoh korupsi, kolusi dan nepotisme adalah hal-hal yang umum yang dapat meruntuhkan jiwa dan mental kepimimpinan yang dimiliki oleh seorang yang sedang memimpin. Pemimin sekarang dahulu adalah pemuda, dan pemuda kini adalah pemimpin masa depan. Satu hal penting yang harus diketahui, bahwasannya seorang pemimpin masa depan tidak akan lahir dari pemuda yang tidak mempunyai tujuan hidup. Tapi, pemimpin akan lahir dari seseorang pemuda yang memiliki visi - misi dalam hidupnya, bertanggung jawab, berintegritas yang tinggi, tidak mendahulukan ego, dan lain sebagainya. Untuk itu, jiwa kepemimpinan pemuda yang mempunyai potensi perlu dipersiapkan sangat matang dari dalam diri pribadi pemuda itu sendiri. Pemuda harus memiliki mental dan pola pikir mindset yang baranggapan bahwa negeri ini harus terus diperbaiki, dikembangkan dan butuh inovasi baru. Dengan itu pemimpin-pemimpin muda akan terus dilahirkan, akan terus ada dan akan terus membuat bangsa dan negara ini semakin baik dan manjadi harapan besar bagi rakyat yang nantinya akan di pimpim dengan jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh apa yang telah disiapkan pemuda masa kini untuk menjadi pemimpin di masa depan? Beberapa hal yang harus di dilakukan oleh pemuda adalah dengan menyatukan persepsi tentang urgensi peran pemuda nantinya saat adanya peralihan kepemimpinan sebagai solusi atas kebutuhan dan tuntutan bangsa dan negara ke depannya. Para pemuda pun harus secepatnya mempersiapkan diri sebagai calon-calon pemimpin masa depan, karena setiap masa yang dinamis pasti selalu ada regenerasi dari generasi tua ke generasi muda. Tak sampai di situ, para pemuda sebagai calon pemimpin masa depan harus sadar akan peran mereka yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa dan begitu banyak peran pemuda bagi bangsa ini, bahkan bagi dunia sebagai Agent of Change. Sejarah telah mencatat, bagaiamana Sutan Syahrir berperan besar dalam sejarah kemerdakaan bangsa Indonesia. Bagaimana Mark Zukerberg, Lary Page dan Sergey Brein yang begitu memiliki peranan besar dalam merubah peradaban dunia. Atau kisah pemuda Ibrahim yang berani memberontak dan bertindak revolusioner untuk memperbaiki tatanan sistem masyarakat yang sudah rusak. Kisah Ash-habul Kahfi para pemuda penghuni gua adalah bukti nyata bahwa pemuda selalu punya peran dalam merubah kondisi suatu bangsa yang tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa. Selain itu, para nabi dan rasul adalah contoh teladan peran pemuda dalam merubah suatu bangsa. Seperti yang dikatakan Michael H. Hart seorang penulis Barat terkenal, dalam bukunya "The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History" menuliskan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di ada tiga peran pemuda, yaitu sebagai agen perubahan agent of change, agen pembangunan agent of development dan agen modernisasi agen of modernization. Untuk memenuhi ketiganya, pemuda harus melakukan pembentukan karakter, pemikiran,mental, serta spiritual. Itulah bekal yang harus dimiliki pemuda untuk bisa menjadi pelopor pembangunan bangsa, untuk menjadi seorang pemimpin di masa yang akan datang. Jadi, salah satu wadah untuk membentuk karakteristik seorang pemimpin dari kalangan pemuda, pembentukan mental serta spiritual adalah dengan berorganisasi. Karena, organisasi adalah tempat berkumpulnya orang - orang yang mempunyai satu tujuan tertentu. Dalam organisasi juga diajarkan bagaimana pembentukan karakteristik, mental serta spiritual dan akan menghasilkan pribadi yang berjiwa kepemimpinan juga mampu hidup bersosialisasi dalam masyarakat. Karena nantinya akan menghadapi orang lain dengan segala sifat dan karakteristik yang berbeda dan bagaimana menyatukan segala perbedaan yang itu pada saat pemuda ada di lembaga pendidikan setingkat universitas adalah masa dimana pemuda itu belajar dan terbetuknya jiwa - jiwa kepeminpinan yang sebebasnya sebagai modal kepemimpinan yang di butuhkan bangsa kedepannya. Pada saat itu pula, pemuda mempunyai waktu terbaiknya untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki serta menenuman jati dirinya. Bukan hanya sebagai mahasiswa yang hanya memiliki kemampuan akademik saja. Namun, pemuda harus mampu dan dapat memliki pengatahuan keorganisasian dan pemahaman kepemimpinan sebagai dasar mereka dalam memimpin lembaga-lembaga besar. Kita tentu tahu perkataan Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno tentang pemuda yaitu "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia." Maka dapat kita simpulkan bahwa pemuda lah yang dapat memberikan gebrakan baru terhadap bangsa dan negara bahkan dunia. Lihat Pendidikan Selengkapnya
PEMUDAadalah tulang punggung bangsa. Dalam artian pemuda adalah masa depan bangsa, masa depan bangsa ini tergantung pada pemuda hari ini karena sebagaimana kita tahu bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan sedemikian pentingnya kedudukan dan peranan pemuda bagi bangsa ini. Bung Karno pernah berkata:

Dok. IDN Times/Istimewa Penulis adalah Taufan Teguh Akbari, pendiri Rumah Millennials sekaligus Deputi Direktur 3 LSPR Jakarta. Penulis merupakan ahli di bidang kepemimpinan, kepemudaan, komunikasi, dan pergerakan IDN Times - Indonesia sedang dalam proses memasuki bonus demografi di 2025–2030. Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan terus meningkat dari 238,5 juta pada 2010 akan menjadi 305,6 juta jiwa pada 2035. Besarnya jumlah peningkatan penduduk ini berpotensi mendatangkan bonus demografi bagi bangsa demografi membuat penduduk usia produktif yang berpotensi menggerakkan ekonomi Indonesia untuk menjadi semakin banyak. Diperkirakan pada 2045, pemuda yang dalam usia produktif saat ini akan menjadi generasi emas. Mereka inilah yang saat ini sedang duduk di sekolah dasar dan mereka pula yang akan menggerakkan perekonomian Indonesia kelak di masa disiapkan dan dikawal dengan baik, maka bonus demografi dapat mengakselerasi hadirnya millennial Indonesia mandiri yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, jika momentum ini tidak dimanfaatkan akan menjadi bencana dan petaka. Banyaknya Sumber Daya Manusia SDM produktif yang tidak berkualitas akan menimbulkan banyak masalah, mulai dari pengangguran, kemiskinan hingga tingkat kriminalitas yang ini tengah terjadi pergeseran dalam gaya kepemimpinan seiring dengan perkembangan teknologi yang mengubah pola kehidupan manusia di seluruh belahan dunia. Tidak ada batas minimum bagi pemuda mendapat amanah besar di kursi pengambil kebijakan dan pada level strategis di dalam ketidakpastian dan ketidakjelasan, Indonesia dihadapkan dengan beragamnya masalah yang makin menantang dan kompleks. Level kepemimpinan lintas sektor sudah harus berani memberikan ruang berkembang dan bertumbuh bagi calon pemimpin di perusahaan atau organisasinya. Generasi millennial yang berpotensi, perlahan sudah harus diberikan kesempatan dalam ruang formal untuk mengambil peran sebagai policy maker’.1. Konsep Leadership IDN Times/IstimewaKonsep Leadership berfokus pada keterlibatan tim, kemampuan individu, keterampilan memotivasi dan pabrikasi ide-ide super kreatif. Hal ini akan menghasilkan budaya kerja yang terbuka, transparan dan inovatif. Yang pasti, para pemimpin millennial saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Seakan, teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam perusahaan, organisasi, komunitas atau project’ yang mereka pimpin.Millennial leader’ yang agile berhasil mengajak organisasinya dengan cepat mengakomodasi perubahan. Dalam Global Leadership Forecast 2018, mengatakan bahwa respons yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan digital jauh lebih cepat dibandingkan pemimpin yang gagap teknologi atau tidak mengikuti tren teknologi kalau melihat tren penggunaan internet di Indonesia yang diproyeksikan mencapai 175 juta pada tahun ini menunjukkan pentingnya dan semakin menguatnya tren digital memungkinkan organisasi saat ini untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengimbangi berbagai percepatan dalam dunia industri dengan penuh percepatan karena hadirnya teknologi di semua pengamatan berbagai macam sumber, terdapat lima dimensi dari kepemimpinan saat ini. Yang pertama adalah kompetisi, bagaimana pemimpin muda membaca dan merespons terhadap iklim kompetisi yang ketat dan semakin kompleks. Sikap pemimpin dalam merespons dan bereaksi dalam kompetisi sangat menentukan keberhasilan dari bisnis. Kedua, hirarki. Pemimpin mengedepankan pengambilan keputusan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam menentukan langkah yang dipilih. Hasil keputusan yang diambil secara egaliter akan memaksimalkan berbagai peluang dan kesempatan, hal ini karena seluruh anggota kunci dalam organisasi dilibatkan secara adalah pengembangan talenta di bidang teknologi, pemimpin memanfaatkan talenta individu agar dapat terus mengeksplorasi dan memaksimalkan penggunaan potensi guna memaksimalkan kemajuan teknologi di setiap bidang yang relevan. Pemimpin menganut paham multiperspektif. Mereka juga bersifat inklusif yang menghindari membeda-bedakan pasar, keterampilan dan keahlian. Mudahnya akses teknologi informasi yang bisa diakses dimanapun, siapapun dan kapanpun menjadikan inklusifitas menjadi sikap dan standar baru pemimpin perlu lebih banyak mengedepankan dialog berupa internalisasi visi, nilai dan budaya kerja kepada seluruh karyawan yang merupakan stakeholder internal organisasi. Generasi millennial cenderung berperilaku antusias jika tindakannya memiliki arti meaning pada Global Leadership Forecast 2018, perusahaan yang purposeful meningkat performanya menjadi 42 persen. Ini juga sejalan dengan millennial yang ingin bekerja dengan perusahaan yang punya dampak. Jika dilihat dari statistik ini, menunjukkan bahwa pemimpin harus punya kapabilitas digital yang mumpuni karena generasi sekarang semakin terkoneksi dan up to date terhadap berbagai berhasil menjadi pemimpin yang inklusif, pemimpin perlu mahir menempatkan diri sebagai coach, mentor, leader, dan kawan baik bagi anggota organisasinya. Sebagian besar milenial saat ini menyukai perusahaan yang memberikan frekuensi lebih banyak untuk pembelajaran dengan mendapatkan mentoring dan training dari pemimpin atau sosok inspiratif lainnyaKeempat, hiper-konektivitas. Kondisi ini memungkinkan kepemimpinan yang berjejaring dari level mikro hingga makro, dimana keberadaan dan pemanfaatan teknologi merupakan hal utama bagi organisasi untuk dapat mengembangkan secara masif ekonomi satu tugas utama menjadi pemimpin adalah menguasai fungsi media sosial sebagai platform jitu untuk memperkuat koneksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Hyper-konektivitas dalam konteks kepemimpinan berarti terhubungnya manusia, organisasi dan mesin melalui seperangkat teknologi digital. Hal ini dekat dengan salah satu pendekatan literature kepemimpinan yaitu kepemimpinan berjejaring network leadership. Dalam konsep kepemimpinan ini, membangun relasi dengan masyarakat atau multistakeholder adalah hal yang utama dan prioritas. Ketika masa kepemimpinan lalu kolaborasi tertunda karena ego dan harus dipaksakan, maka pemimpin milenial melakukan dengan sukarela dan dan berkolaborasi menjadi bahan bakar organisasi untuk terus hidup, dinamis dan berkembang. Mereka adalah millennial network leaders’ yang mampu mengalokasi dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk berkarya atau bekerja di luar batas administrasi, berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang organisasi, karakter dan yang ingin saya tegaskan di sini, pemimpin wajib berperan sebagai pemimpin jejaring yang mau dan mampu membangun jaringan sebanyak, seluas dan sedalam adalah transparansi. Pemimpin mengedepankan komunikasi terbuka open dan kejujuran honest. Kepemimpinan yang baik selalu dimulai dengan komunikasi yang baik, hal ini dibangun dengan kebiasaan berkata jujur dalam berpikir dan kepemimpinan menjadikan transparansi menjadi budaya utama organisasi atau perusahaan. Pemimpin Millennial sudah terbiasa dengan ketidakpastian dan perubahan, hal ini karena sejak lahir mereka sudah dibesarkan dalam situasi dan kondisi dunia yang tidak mapan. Saat berbagai informasi mengalir deras secara global hanya dengan hitungan detik, maka transparansi tidak hanya diharapkan tetapi juga tidak bisa dihindari. 2. Peran millennial Times/IstimewaPerubahan selalu berawal dari hal yang paling kecil dan butuh proses. Terkadang, kita tidak sabar untuk meraih hasilnya sehingga menjadi tergesa-gesa dan hasilnya pun tidak maksimal. Bergeraklah pelan, namun tetap progresif. Akan ada momennya ketika kita ingin bergerak ke arah yang lebih banyak masalah, tetapi jika generasi mudanya hanya diam, permasalahan yang ada akan terus bertambah sehingga bonus demografi pun tidak termanfaatkan dengan baik. Selain itu, kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah karena mereka juga punya segudang topik yang harus Indonesia dengan luas wilayah sepanjang km, pulau dan 300 juta orang pada 10-20 tahun mendatang bukanlah suatu hal yang mustahil ketika menjalankan prinsip Pareto dalam kepemimpinan Bagaimana potensi pemimpin millennial sebesar 20 persen dapat membawa perubahan masif di lintas lini yang berdampak positif kepada 80 persen masyarakat begitu, siapapun yang ingin diberikan amanah besar sebagai pemimpin tentunya harus mampu memantaskan diri terlebih dahulu. Kapasitas, kompetensi, daya saing, jam terbang, sikap dan keterampilan menentukan tingkat kepantasan pemuda dalam menjadi pemimpin Mungkin bahasa premannya, harus tahu diri’ sebelum mengambil peran lebih jauh sebagai seorang pemimpin. Baca Juga Rektor Unhas Generasi Millennial Jangan Jadi Beban Demografi

. 132 225 332 338 169 189 314 203

pemuda sekarang pemimpin masa depan